Published online by Cambridge University Press: 11 January 2022
In this article, I show how the Dialita women’s choir uses music to contest the ongoing denial of state-sponsored violence that followed the Indonesian tragedy of 1965–66, particularly as it impacted women. More specifically, Dialita uses their experiences and positionalities as women to perform an alternative collective memory for younger generations of Indonesians. Composed in prison, Dialita’s musical repertoire memorialises the affects and effects of imprisonment, exile, trauma, and survival. Due to government censure and public condemnation, the songs had been silenced by the Indonesian state and hidden underground from the public since the Indonesian tragedy. In the early 2000s, the women of Dialita formed a musical group and courageously began performing in public, collaborating with young musicians and recording the songs. I contend that women’s collective singing is an act of critical remembrance, opening a new front in struggles for truth and reconciliation, especially when juridical appeals and strategies have been rebuffed.
Aksi Menyanyi: Perempuan, Musik, dan Politik Kebenaran, dan Rekonsiliasi di Indonesia
Dalam artikel ini, saya menunjukkan bagaimana paduan suara perempuan Dialita menggunakan musik untuk menentang penyangkalan berkelanjutan atas kekerasan yang didukung oleh negara setelah tragedi Indonesia 1965–66, khususnya yang berdampak pada perempuan. Lebih khusus lagi, Dialita menggunakan pengalaman dan posisi mereka sebagai perempuan untuk menampilkan memori kolektif alternatif bagi generasi muda Indonesia. Digubah di penjara, repertoar musik Dialita mengenang afek dan efek penjara, pengasingan, trauma, dan kebertahanan hidup. Karena kecaman pemerintah dan publik, lagu-lagu tersebut dibungkam oleh negara dan tersembunyi di luar pengetahuan publik. Pada awal 2000-an, para perempuan Dialita membentuk grup musik dan mulai berani tampil di depan umum, berkolaborasi dengan musisi muda dan merekam lagu-lagu mereka. Saya berpendapat bahwa nyanyian kolektif perempuan adalah aksi untuk mengingat secara kritis, membuka front baru dalam perjuangan untuk kebenaran dan rekonsiliasi, terutama setelah upaya banding secara yuridis ditolak.